Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok manusia yang sempurna. Di medan perang beliau adalah seorang yang menguasai taktik dan strategi bertempur, perhatikan bagaimana beliau memimpin sekian banyak pertempuran dari perang Badar hingga perang Tabuk. Beliau adalah sosok pemberani dan tangguh dalam menegakkan kalimat Allah, menegakkan syareat Jihad.
Di tengah masyarakat, beliau adalah teman, sahabat, pendidik, dan sosok pemimpin yang menyenangkan.
Di rumah, beliau adalah seorang kepala rumah tangga yang bisa mendatangkan rasa aman, kasih sayang, sekaligus kebahagiaan. Tidak jarang beliau membantu pekerjaan istri-istri beliau. Sungguh pemandangan yang sangat indah
Demikianlah Allah jadikan Rasulullah Sahallahu ‘Alaihi Wassallam sebagai suri tauladan dalam segala kebaikan. Allah berfirman
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”. (Al Ahzab: 21)
Dalam ayat ini Allah hanya menyebutkan bahwa Rasulullah adalah tauladan yang baik bagi kalian, tanpa menyebutkan teladan dalam hal apa. Ini menunjukkan bahwa beliau adalah uswah hasanah, tauladan yang baik dalam segala hal. Dalam beraqidah, beribadah, bermuamalah, bertetangga, berumah tangga dan dalam segala aspek kehidupan.
Rasulullah shallalohu ‘alaihi wasallam sosok yang Romantis Dalam Rumah Tangga.
Di antara sisi romantis Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat. Dalam sebuah Hadits Shahih:
عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللهُ عَنْهَا- أَنَّ النَّبِيَّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- «قَبَّلَ بَعْضَ نِسَائِهِ، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ
Dari ‘Aisyah Radhiallaahu ‘anha, “Bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mencium sebagian istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu.” [1] .
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang pria yang sangat lembut kepada istri dan keluarganya. Kepada Istri-istri, beliau shallallohu’alaihi wasallam mengekspresikan cinta dengan sederhana dan bersahaja dan sangat romantis. Sebagai contoh, beliau biasa memanggil istri-istrinya, dengan panggilan kesukaan dan panggilan yang indah.
‘Aisyah, dipanggil dengan panggilan “Ya Humaira” (wahai si merah jambu). Sebagaimana disebutkan dalam sebagian riwayat:
عن عائشة رضي الله عنها قالت : دعاني رسول الله صلى الله عليه وسلم والحبشة يلعبون بحرابهم في المسجد في يوم عيد فقال لي : يا حميراء أتحبين أن تنظري إليهم ؟ فقلت : نعم
Dari Aisyah berkata: Rasulullah pernah memanggilku sementara orang-orang Habasyah sedang bermain tombak dalam masjid pada hari ied. Rasulpun berkata kepadaku: Wahai Humairo[2], sukakah engkau melihat mereka. Akupun mengatakan: Iya.
Coba bayangkan, istri mana yang tidak tersanjung saat dipanggil suaminya dengan panggilan ini? Telinga siapa yang tidak ingin mendengar sapaan seperti ini?
Tapi keindahan itu terwujud karena hati beliau yang sangat bersih, bening, indah dan keluar dari lubuk hati paling dalam.
Dari hati yang indah itulah keluar kata-kata, perilaku, dan sikap yang indah. Dari keindahan hati itulah terpancar segala keindahan dari setiap yang dipandang dan ditemuinya
Sungguh indah hari-hari kehidupan Rasulullah. Rumah tangga penuh dengan Romantisme. Dan kelembutan serta Romantisme Beliau Tidak hanya berlaku bagi istri-istrinya, juga anak-anak, bahkan nenek-nenek dan semua makhluk Allah Subhanahu wa Ta`ala lainnya pun merasakannya. Bagitulah Rasulullah, junjungan kita.
[1] Hadits ini Shahih diriwayatkan Imam Ahmad dalam Al-Musnad no.25766, Abu Dawud dalam As-Sunan Kitab Ath-Thaharoh no.179, At-Tirmidzi dalam As-Sunan Kitab Ath-Thaharoh bab tidak berwudhu karena mencium (istri), no. 86, dan ini adalah lafadz At-Tirmidzi. Diriwayatkan pula oleh An-Nasai no.170, dan Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani mengatakan tentan hadits in idalam Shahih Sunan Abi Dawud: Shahih
[2] Benarkah ucapan sebagian ulama seperti Adz-Dzahabi bahwa semua hadits yang ada penyebutan Ya Humairo adalah hadits yang lemah ? Pernyataan ini tidak benar ada riwayat shahih dalam hal ini sebagaimana diterangkan Syaikh Al-Albani dalam kitabnya Al-Adab Az-Zifaf http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=129689